Selasa, 03 Desember 2013

Islam Bukan Agama

Tidak ada komentar:

Islam Bukan Agama
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
9
ISLAM adalah sebuah nama yang belum diterjemahkan dan tidak diberitahu maknanya. Maka kewajiban kitalah untuk menjelaskannya. Islam bukan kepercayaan atau spiritual. Islam bukanlah manusia. Islam tidak memberikan contoh, Islam tidak pernah mengajarkan, yang mengajarkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Alihi Wasallam.
Ketika Rasulullah SAW ditanya :
مَا هُوَ إِسْلَامٌ يَا رَسُوْلُ ؟
Apakan ISLAM itu, wahai Rasul?”

Lalu Rasulullah SAW menjawab :
الْإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَآإِ لٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
”Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada yang ada kecuali hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya”

Memahami “Islam” secara benar akan mengantarkan manusia untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidakfahaman terhadap Dîn-ul Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya karena tidak ada contoh dan penjelasan yang jelas. Oleh karena itu memahami "Dîn-ul Islam" adalah suatu kewajiban bagi setiap manusia melalui Kitab-kitab-Nya Al Qur’an, Injil, Zabur dan Taurat.
Untuk memahami kalimat “Dîn-ul Islam” secara benar adalah dengan mengetahui makna kata Dîn-ul Islam secara etimologi / lughowi (bahasa).
Kata AGAMA” berasal dari Kitab Sansekerta yang artinya A=Tidak dan GAMA=Kacau, dan bisa kita simpulkan bahwa AGAMA ini Sesuatu Yang Tidak Kacau. AGAMA juga berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti A=Memiliki GAMA=Peraturan. Menurut Kamus, arti dari AGAMA ialah manusia mengakui adanya sesuatu yang suci. Kata “AGAMA” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Religion yang artinya Kepercayaan atau Penyembahan kepada Tuhan. Bila pengertian AGAMA secara Sosiologi adalah kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual
Kata “DÎN” berasal dari bahasa Arab [دَانَ - يَدِيْنُ - دِيْنًا] yang artinya Ketentuan/ Hukum/Undang–Undang/Peraturan, Penyerahan Diri, Keta'atan, Ketundukan, Sistem, Jalan Hidup (The way of life) dan Aqidah.
[ ... كَذَلِكَ كِدْنَا لِيُوسُفَ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِى دِينِ الْمَلِكِ] يوسف 12 : 76
…. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, … [QS. Yusuf 12 : 76]

Jadi, Agama dan Dîn adalah dua hal yang berbeda jauh, Agama ada di dalam Dîn.  Agama hanya seputar tataran moral, etika, baik horizontal maupun ritual vertikal, sedangkan Dîn lebih komplit meliputi Agama “PLUS” semua aspek hidup dan kehidupan mulai dari ritual sampai kepada masalah mu’amalah, dan mencakup seluruh dimensi sosial (budaya, ekonomi, politik) sampai derajat tertinggi, amalan pribadi, keluarga, kelompok, masyarakat, negara, antar negara, semuanya tercakup di dalam Dîn.
Dan kata “ISLAM” berasal dari akar kata [سَلِمَ – يَسْلِمُ – سَلَامًا] yang mengandung arti Selamat, Sentosa, dan Damai serta Sejahtera. Dan selanjutnya diubah menjadi bentuk [اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – إِسْلَامًا] yang berarti Berserah diri masuk dalam keselamatan. Oleh sebab itu orang yang mau selamat, berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah subhana wa ta’ala. disebut sebagai MUSLIM.
DÎNULLAH – DÎNUL ISLAM
HUKUM ALLAH – HUKUM YANG SELAMAT
DÎN-UL ISLAM intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh hati kepada Ketentuan/Hukum Allah agar selamat. Kehendak ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu, manfaatnya bukanlah untuk Allah tetapi untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya.
Ketentuan/Hukum Allah telah disempurnakan dan disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji selengkapnya dalam Al Quran. Rasul pun telah memberi penjelasan, petunjuk dengan contoh bagaimana memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al Quran dengan Sunnah beliau.
Untuk menjadi ORANG YANG SELAMAT [MUSLIM] terlebih dahulu harus masuk ke dalam KESELAMATAN [ISLAM] itu dengan melalui pintu/ gerbang dan mengikuti HUKUM KESELAMATAN [DÎN-UL ISLÁM] tersebut secara KÁFFAH; integratif dan komprehensif apapun resikonya. Apabila ia menolaknya, maka azab Allah pasti akan datang dan menimpa dirinya baik di dunia maupun di akhirat.
[ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللّٰـهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّٰـهِ فَإِنَّ اللّٰـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ] آل عمران 3 : 19
Sesungguhnya HUKUM [DÎN] disisi Allah adalah SELAMAT [Islam]. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar/menolak (kafir) terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.  (QS. Ali Imran [3] : 19)

[ وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ] آل عمران3: 85
Barangsiapa mencari KESELAMATAN selain Ketentuan HUKUM [DÎN) Allah, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran [3] : 85)

[ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللّٰـهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ] المائدة 5 : 3
… Pada hari ini telah Kusempurnakan padmu HUKUMMU, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai kamu atas KESELAMATAN Ketentuan HUKUM-Ku bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Maidah [5] : 3)

[ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّٰـهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللّٰـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ] الصف 61 : 7
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada KESELAMATAN? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (Ash Shaf [61] : 7)

DÎNULLÂH (Ketentuan Hukum / Ajaran Allâh) yang dinyatakan sebagai DÎN-UL ISLÂM [Ketentuan Hukum / Undang-Undang Keselamatan] yang telah diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam a.s sampai kepada Nabi Muhammad SAW dan telah dilengkap sempurnakan yang merupakan mata rantai terakhir dari rantaian DÎNULLÂH (kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya) yaitu AL QUR’AN sebagai Kitab Petunjuk untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Sehingga, Islam benar-benar membawa kenikmatan, serta menjadi rahmat bagi semesta alam.
Islam itu bisa diibaratkan jalan tol yang lempang dan lurus, di dalamnya terdapat rambu rambu, tanda-tanda serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia yang harus dipatuhi pengguna jalan itu sebagai kenyamanan dan keselamatan, di kanan-kiri jalan itu dipagari oleh Rambu-rambu Allah yaitu Al Qur’an dan Isyarat-isyaratnya yaitu Sunnah. Berpikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan Diin-ul Islam, tidak menabrak pagar Rambu-rambu Allah (Al Qur’an) dan Isyarat-isyaratnya (Sunnah). Apalagi keluar dari keduanya. Selama pemikiran, sikap dan perbuatannya tidak menyimpang atau keluar jalur Al Qur’an dan Sunnah, selama itu pula pemikiran, sikap dan perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami (dalam keselamatan).

Semua KETENTUAN HUKUM [DÎN] yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sebelum Muhammad pun pada hakikatnya adalah DÎN-UL ISLAM (Ketetapan Hukum Keselamatan) dan pemeluknya disebut MUSLIM (Orang yang selamat). Sesungguhnya seluruh nabi dan rasul mengajarkan Islam kepada umatnya.

[ قُولُوا آمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِىَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ] البقرة 2 : 136
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami bagi-Nya adalah ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM) ". (QS. Al Baqarah [2] : 136)

Nabi Alláh Nuh, a.s. menyeru kepada kaumnya:
[ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللّٰـهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ]
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku menjadi ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM)". (QS. Yunus [10] : 72)

Nabi Alláh Ibrahim, a.s. dan Nabi Isma’il, a.s. memohon kepada Allah:
[ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ]
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM) kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat Yang Selamat (MUSLIM) kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah [2] : 128)

Nabi Alláh Ibrahim, a.s. dan Nabi Ya’qub, a.s. berpesan kepada putra-putranya:
[ وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّٰهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ]
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih HUKUM ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali kamu Orang-orang Yang Selamat (MUSLIM)". (QS. Al Baqarah [2] : 132)

Nabi Alláh Musa, a.s. berseru kepada kaumnya:
[ وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللّٰـهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ]
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu ORANG-ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM)". (QS. Yunus [10] : 84)

[ وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ]
Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami sebagai ORANG-ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM)". (QS. Al A’raf [7] : 126)

Nabi Alláh Yusuf, a.s. berucap:
[ رَبِّ قَدۡ ءَاتَيۡتَنِى مِنَ ٱلۡمُلۡكِ وَعَلَّمۡتَنِى مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِ‌ۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِ‌ۖ تَوَفَّنِى مُسۡلِمًا وَأَلۡحِقۡنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ ]
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian takbir mimpi. [Ya Tuhan]. Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku sebagai ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM) dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (QS. Yusuf [12] : 101)

Bahkan Kaum Hawariyun, yakni para sahabat setia Nabi Isa, a.s. menyatakan:
[ فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللّٰهِ‌ۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنْصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللّٰهِ وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ]
Maka tatkala ’Isa mengetahui keingkaran mereka [Bani Israil] berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk ajaran-ajaran Allah?" Para hawariyyin [sahabat-sahabat setia] menjawab: "Kamilah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah ORANG-ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM). (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 52)

Inilah salah satu kekhasan Dîn-ul Islam. “Islam” tidak diasosiasikan pada pribadi seseorang, nama ras, suku, ataupun wilayah. Islam sama sekali tidak seperti nama agama-agama yang dikaitkan dengan nama sesuatu atau seseorang. Dalam Al Qur’an, istilah Yahudi dan Nasrani diasosiasikan kepada kelompok, golongan atau kaum bukan agama.
Zoroaster adalah agama di Parsi. Nama itu disandarkan pada nama pendirinya, Zoroaster yang meninggal tahun 583 SM.
Agama Budha (Budhism) berasal dari nama Sidharta Budha Gautama, lahir tahun 560 SM di India. Budha adalah gelar bagi Sidharta yang dianggap memperoleh penerangan agung.
Kristen diambil dari nama Tuhan yang dipujanya, Jesus Christ. Pengikut Kristus disebut pula orang-orang Kristen.
Agama Hindu (Hinduism) adalah kumpulan macam-macam agama dan tanggapan tentang dunia dari orang-orang India.
Agama Tao (Taoism) pada mulanya adalah suatu ajaran filsafat, sebagai aspek manifestasi perasaan, spontanitas, dan khayalan orang-orang Cina yang berkembang menjadi agama dalam Dinasti Han (206 SM-220 M).
Yahudi (Judaism), yang dianut orang-orang Yahudi, berasal dari nama negara Juda (Judea) atau Yahuda.
Nasrani, disandarkan pada asal daerah Jesus, yakni Nazareth (Jesus of Nazareth)
Sebagai sebuah sistem hukum, kehidupan dan ajaran yang selamat, Islam belum lagi dipahami dan dilaksanakan oleh setiap umat secara benar dan utuh. Bahkan, ada sebagian orang yang mengaku Muslim yang dengan sengaja meninggalkan atau meringankan hukum/ajaran Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, tidak salah jika ada idiom “Muslim KTP”. Jadi, di KTPnya tertulis beragama Islam, tapi tidak mengamalkan hukum/ajaran Islam.
Ajaran Islam meliputi seluruh bidang kehidupan, yang dibagi kepada tiga dimensi utama yaitu aqidah (tauhid), syari’at, dan akhlak.
Oleh sebab itu, Islam sebagai hukum dan ajaran keselamatan harus disatukan dalam setiap pribadi umat, jangan dipisah-pisahkan. Artinya, seseorang yang mengaku Muslim haruslah mengamalkan hukum dan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah), tanpa beban sedikit pun. Sehingga, Islam benar-benar menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dalam kitab petunjuk Al-Qur’an, Dîn-ul Islám adalah satu-satunya Dîn ciptaan Allah, dan yang satu ini adalah aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali baik yang beragama Kristen, Budha, Hindu dan seluruh agama-agama yang ada di dunia ini maupun penganut aliran-aliran kepercayaan. Namun pada tataran realita sekarang ini Dîn-ul Islám menjadi banyak ragam dan versinya.  Semua ini sebagai akibat kesalahan manusia itu sendiri.
Sementara itu, Dîn hasil ciptaan manusia berdasarkan akal, imajinasi dan falsafah sebagaimana telah dikemukakan di atas telah melahirkan banyak Dîn dan isme-isme lainnya, antara lain Materialisme, Kapitalisme, Liberalisme, Markisme, Komunisme, Nasionalisme, dan Kolonialisme, dsb.
Segala macam aturan hasil manusia tersebut yang termasuk katagori Dîn-ul Bathil telah terbukti gagal dalam mengatur umat manusia. Oleh karena tatanan hidup produk falsafah manusia itu telah terbukti tidak membawa keselamatan, maka manusia harus segera kembali kepada DÎN-UL ISLÁM (HUKUM KESELAMATAN).

S

Abdul Malik Hidayatullah
HP : 0812 752 58 588 | 0852 114 52 255

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top