Islam Bukan Agama
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
9
ISLAM adalah sebuah
nama yang belum diterjemahkan dan tidak diberitahu maknanya. Maka kewajiban
kitalah untuk menjelaskannya. Islam bukan kepercayaan atau spiritual. Islam bukanlah
manusia. Islam tidak memberikan contoh, Islam tidak pernah mengajarkan, yang
mengajarkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Alihi Wasallam.
Ketika Rasulullah SAW ditanya :
مَا هُوَ
إِسْلَامٌ يَا رَسُوْلُ ؟
“Apakan
ISLAM itu, wahai Rasul?”
Lalu Rasulullah SAW
menjawab :
الْإِسْلاَمُ
أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَآإِ لٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ
الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
”Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada yang ada kecuali hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah;
menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau
menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya”
Memahami “Islam”
secara benar akan mengantarkan manusia untuk mengamalkannya secara benar pula.
Sekarang ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidakfahaman terhadap Dîn-ul
Islam sebagaimana yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya karena tidak ada contoh dan penjelasan yang
jelas. Oleh karena itu memahami "Dîn-ul Islam" adalah suatu
kewajiban bagi setiap manusia melalui Kitab-kitab-Nya Al Qur’an, Injil, Zabur
dan Taurat.
Untuk memahami kalimat
“Dîn-ul
Islam” secara benar adalah dengan
mengetahui makna kata Dîn-ul Islam secara etimologi / lughowi (bahasa).
Kata
“AGAMA” berasal dari Kitab Sansekerta yang artinya A=Tidak
dan GAMA=Kacau, dan bisa kita simpulkan bahwa AGAMA ini Sesuatu Yang
Tidak Kacau. AGAMA juga berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang berarti A=Memiliki
GAMA=Peraturan. Menurut Kamus, arti dari AGAMA ialah manusia mengakui
adanya sesuatu yang suci. Kata “AGAMA” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
yaitu Religion yang artinya Kepercayaan atau Penyembahan
kepada Tuhan. Bila pengertian AGAMA secara Sosiologi adalah kepercayaan
terhadap hal-hal yang spiritual
Kata “DÎN”
berasal dari bahasa Arab [دَانَ - يَدِيْنُ - دِيْنًا] yang
artinya Ketentuan/ Hukum/Undang–Undang/Peraturan, Penyerahan Diri, Keta'atan,
Ketundukan, Sistem, Jalan Hidup (The way of life) dan Aqidah.
[ ... كَذَلِكَ كِدْنَا
لِيُوسُفَ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ أَخَاهُ فِى دِينِ
الْمَلِكِ] يوسف 12 : 76
…. Demikianlah
Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum
saudaranya menurut undang-undang raja, …
[QS. Yusuf 12 : 76]
Jadi, Agama
dan Dîn adalah dua hal yang berbeda jauh, Agama ada di dalam Dîn. Agama hanya seputar tataran moral, etika,
baik horizontal maupun ritual vertikal, sedangkan Dîn lebih komplit meliputi
Agama “PLUS” semua aspek hidup dan kehidupan mulai dari ritual sampai kepada
masalah mu’amalah, dan mencakup seluruh dimensi sosial (budaya, ekonomi,
politik) sampai derajat tertinggi, amalan pribadi, keluarga, kelompok,
masyarakat, negara, antar negara, semuanya tercakup di dalam Dîn.
Dan kata
“ISLAM” berasal dari akar kata [سَلِمَ – يَسْلِمُ – سَلَامًا] yang
mengandung arti Selamat, Sentosa, dan Damai serta Sejahtera.
Dan selanjutnya diubah menjadi bentuk [اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – إِسْلَامًا]
yang
berarti Berserah diri masuk dalam keselamatan. Oleh sebab itu orang yang
mau selamat, berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah subhana wa ta’ala.
disebut sebagai MUSLIM.
DÎNULLAH – DÎNUL ISLAM
HUKUM ALLAH – HUKUM YANG SELAMAT
DÎN-UL
ISLAM intinya adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh hati
kepada Ketentuan/Hukum Allah agar selamat.
Kehendak ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia itu, manfaatnya bukanlah untuk Allah
tetapi untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia dan lingkungan hidupnya.
Ketentuan/Hukum
Allah telah disempurnakan dan disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul-Nya berupa wahyu yang kini dapat dibaca dan dikaji
selengkapnya dalam Al Quran. Rasul pun telah memberi penjelasan, petunjuk
dengan contoh bagaimana memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al Quran dengan Sunnah
beliau.
Untuk menjadi ORANG YANG SELAMAT [MUSLIM] terlebih
dahulu harus masuk ke dalam KESELAMATAN [ISLAM] itu dengan melalui pintu/ gerbang
dan mengikuti HUKUM KESELAMATAN [DÎN-UL ISLÁM] tersebut secara KÁFFAH;
integratif dan komprehensif apapun resikonya. Apabila ia menolaknya, maka azab
Allah pasti akan datang dan menimpa dirinya baik di dunia maupun di akhirat.
[ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللّٰـهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللّٰـهِ
فَإِنَّ اللّٰـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
] آل عمران 3 : 19
Sesungguhnya HUKUM [DÎN] disisi Allah adalah SELAMAT
[Islam]. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang ingkar/menolak (kafir) terhadap ayat-ayat Allah
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali Imran [3] :
19)
[ وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِى الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
] آل عمران3: 85
Barangsiapa
mencari KESELAMATAN selain Ketentuan HUKUM [DÎN) Allah, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran [3] : 85)
[ … الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ
فَإِنَّ اللّٰـهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ] المائدة 5 : 3
… Pada hari ini
telah Kusempurnakan padmu HUKUMMU, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai kamu atas KESELAMATAN Ketentuan HUKUM-Ku bagimu. Maka
barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Maidah [5] : 3)
[ وَمَنْ أَظْلَمُ
مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّٰـهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ
وَاللّٰـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ] الصف 61 : 7
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada KESELAMATAN? Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (Ash Shaf [61] : 7)
DÎNULLÂH
(Ketentuan Hukum / Ajaran Allâh) yang dinyatakan sebagai DÎN-UL ISLÂM [Ketentuan
Hukum / Undang-Undang Keselamatan] yang telah diwahyukan kepada para Rasul-Nya
sejak Nabi Adam a.s sampai kepada Nabi Muhammad SAW dan telah dilengkap
sempurnakan yang merupakan mata rantai terakhir dari rantaian DÎNULLÂH (kitab-kitab
yang diturunkan Allah sebelumnya) yaitu AL QUR’AN sebagai Kitab Petunjuk untuk
seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti. Sehingga, Islam benar-benar membawa
kenikmatan, serta menjadi rahmat bagi semesta alam.
Islam itu bisa
diibaratkan jalan tol
yang lempang dan lurus, di dalamnya terdapat rambu
rambu, tanda-tanda serta jalur-jalur sebanyak aspek kehidupan manusia yang
harus dipatuhi pengguna jalan itu sebagai kenyamanan dan keselamatan, di kanan-kiri
jalan itu dipagari oleh Rambu-rambu Allah yaitu Al Qur’an dan Isyarat-isyaratnya
yaitu Sunnah. Berpikir, bersikap dan berbuat sesuai dengan Diin-ul Islam, tidak
menabrak pagar Rambu-rambu Allah (Al Qur’an) dan Isyarat-isyaratnya (Sunnah).
Apalagi keluar dari keduanya. Selama pemikiran, sikap dan perbuatannya tidak menyimpang
atau keluar jalur Al Qur’an dan Sunnah, selama itu pula pemikiran, sikap dan
perbuatan mereka dapat disebut sebagai Islami (dalam keselamatan).
Semua KETENTUAN HUKUM [DÎN] yang diturunkan kepada para Nabi
dan Rasul sebelum Muhammad pun pada hakikatnya adalah DÎN-UL ISLAM (Ketetapan Hukum
Keselamatan) dan pemeluknya disebut MUSLIM (Orang yang selamat). Sesungguhnya
seluruh nabi dan rasul mengajarkan Islam kepada umatnya.
[ قُولُوا آمَنَّا بِاللّٰهِ
وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا
أُوتِىَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ
لَهُ مُسْلِمُونَ ] البقرة 2 : 136
Katakanlah
(hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,
Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun diantara mereka dan kami bagi-Nya adalah
ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM) ". (QS. Al Baqarah [2] : 136)
Nabi Alláh Nuh, a.s. menyeru kepada kaumnya:
[ فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ
فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللّٰـهِ وَأُمِرْتُ
أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ]
Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta
upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan
aku disuruh supaya aku menjadi ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM)". (QS. Yunus [10] : 72)
Nabi Alláh Ibrahim, a.s. dan Nabi Isma’il,
a.s. memohon kepada Allah:
[ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ]
Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM)
kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat Yang
Selamat (MUSLIM) kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.
(QS. Al Baqarah [2] : 128)
Nabi Alláh Ibrahim, a.s. dan Nabi Ya’qub,
a.s. berpesan kepada putra-putranya:
[ وَوَصَّىٰ بِهَا
إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّٰهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ
الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ]
Dan
Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
HUKUM ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali kamu Orang-orang Yang
Selamat (MUSLIM)".
(QS. Al Baqarah [2] : 132)
Nabi Alláh Musa, a.s. berseru kepada kaumnya:
[ وَقَالَ مُوسَى يَا
قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللّٰـهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُسْلِمِينَ]
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada
Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu ORANG-ORANG
YANG SELAMAT (MUSLIM)". (QS. Yunus [10] : 84)
[ وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا
إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا رَبَّنَا أَفْرِغْ
عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ]
Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah
beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada
kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada
kami dan wafatkanlah kami sebagai ORANG-ORANG YANG SELAMAT
(MUSLIM)". (QS. Al A’raf [7] : 126)
Nabi Alláh Yusuf, a.s. berucap:
[ رَبِّ
قَدۡ ءَاتَيۡتَنِى مِنَ ٱلۡمُلۡكِ وَعَلَّمۡتَنِى مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِۚ
فَاطِرَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِۖ
تَوَفَّنِى مُسۡلِمًا وَأَلۡحِقۡنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ ]
Ya Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian takbir mimpi. [Ya Tuhan]. Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku sebagai ORANG YANG
SELAMAT (MUSLIM) dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. (QS. Yusuf [12] : 101)
Bahkan Kaum Hawariyun, yakni para
sahabat setia Nabi Isa, a.s. menyatakan:
[ فَلَمَّآ
أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى ٱللّٰهِۖ قَالَ
ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنْصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللّٰهِ وَٱشۡهَدۡ
بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ]
Maka tatkala ’Isa
mengetahui keingkaran mereka [Bani Israil] berkatalah dia: "Siapakah yang
akan menjadi penolong-penolongku untuk ajaran-ajaran Allah?" Para
hawariyyin [sahabat-sahabat setia] menjawab: "Kamilah penolong-penolong
Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami
adalah ORANG-ORANG YANG SELAMAT (MUSLIM). (Q.S.
Ali ‘Imran [3] : 52)
Inilah salah satu kekhasan Dîn-ul Islam. “Islam” tidak
diasosiasikan pada pribadi seseorang, nama ras, suku, ataupun wilayah. Islam
sama sekali tidak seperti nama agama-agama yang dikaitkan dengan nama sesuatu
atau seseorang. Dalam Al Qur’an, istilah Yahudi dan Nasrani
diasosiasikan kepada kelompok, golongan atau kaum bukan agama.
Zoroaster adalah agama di Parsi. Nama itu disandarkan pada
nama pendirinya, Zoroaster yang meninggal tahun 583 SM.
Agama Budha (Budhism) berasal dari nama Sidharta Budha
Gautama, lahir tahun 560 SM di India. Budha adalah gelar bagi Sidharta yang
dianggap memperoleh penerangan agung.
Kristen diambil dari nama Tuhan yang dipujanya, Jesus
Christ. Pengikut Kristus disebut pula orang-orang Kristen.
Agama Hindu (Hinduism) adalah kumpulan macam-macam agama dan
tanggapan tentang dunia dari orang-orang India.
Agama Tao (Taoism) pada mulanya adalah suatu ajaran
filsafat, sebagai aspek manifestasi perasaan, spontanitas, dan khayalan
orang-orang Cina yang berkembang menjadi agama dalam Dinasti Han (206 SM-220
M).
Yahudi (Judaism), yang dianut orang-orang Yahudi, berasal
dari nama negara Juda (Judea) atau Yahuda.
Nasrani, disandarkan pada asal daerah Jesus, yakni Nazareth
(Jesus of Nazareth)
Sebagai
sebuah sistem hukum, kehidupan dan ajaran yang selamat, Islam belum lagi
dipahami dan dilaksanakan oleh setiap umat secara benar dan utuh. Bahkan, ada
sebagian orang yang mengaku Muslim yang dengan sengaja meninggalkan atau
meringankan hukum/ajaran Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, tidak salah jika
ada idiom “Muslim KTP”. Jadi, di KTPnya tertulis beragama Islam, tapi tidak
mengamalkan hukum/ajaran Islam.
Ajaran
Islam meliputi seluruh bidang kehidupan, yang dibagi kepada tiga dimensi utama
yaitu aqidah (tauhid), syari’at, dan akhlak.
Oleh
sebab itu, Islam sebagai hukum dan ajaran keselamatan harus disatukan dalam
setiap pribadi umat, jangan dipisah-pisahkan. Artinya, seseorang yang mengaku Muslim
haruslah mengamalkan hukum dan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah),
tanpa beban sedikit pun. Sehingga, Islam benar-benar menjadi rahmat bagi
semesta alam.
Dalam kitab
petunjuk Al-Qur’an, Dîn-ul Islám adalah satu-satunya Dîn ciptaan Allah, dan
yang satu ini adalah aturan untuk seluruh umat manusia tanpa kecuali baik yang
beragama Kristen, Budha, Hindu dan seluruh agama-agama yang ada di dunia ini
maupun penganut aliran-aliran kepercayaan. Namun pada tataran realita sekarang
ini Dîn-ul Islám menjadi banyak ragam dan versinya. Semua ini sebagai
akibat kesalahan manusia itu sendiri.
Sementara
itu, Dîn hasil ciptaan manusia berdasarkan akal, imajinasi dan falsafah
sebagaimana telah dikemukakan di atas telah melahirkan banyak Dîn dan isme-isme
lainnya, antara lain Materialisme, Kapitalisme, Liberalisme, Markisme,
Komunisme, Nasionalisme, dan Kolonialisme, dsb.
Segala macam
aturan hasil manusia tersebut yang termasuk katagori Dîn-ul Bathil telah
terbukti gagal dalam mengatur umat manusia. Oleh karena tatanan hidup produk
falsafah manusia itu telah terbukti tidak membawa keselamatan, maka manusia
harus segera kembali kepada DÎN-UL ISLÁM (HUKUM KESELAMATAN).
S
Abdul Malik Hidayatullah
HP : 0812 752 58 588
| 0852 114 52 255
Tidak ada komentar:
Posting Komentar